Hakikat Mabrur

  • Salman ITB
  • didin wahyudin
  • 15
...

Secara habasa, kata “mabrur” berasal dari akar kata “barra” yang memiliki tiga arti: 1).kebaikan; 2). Menepati janji; dan 3). Mengangkat atau membawa.

Secara bahasa, kata “mabrur” berasal dari akar kata “barra” yang memiliki tiga arti: 1).kebaikan; 2). Menepati janji; dan 3). Mengangkat atau membawa.

Dari makna-makna tersebut, bisa di ambil tiga perngertian tentang haji mabrur; sebagai berikut:

1. Haji mabrur adalah haji yang baik, yaitu haji yang memenuhi syarat, rukun, dan wajib haji. Menurut Kamus Al- Muhith, haji mabrur adalah haji yang benar; yang selalu menaati segala aturan haji, juga haji yang tidak menyalahi Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam dan tidak tercampur dengan dosa.

2. Haji mabrur adalah haji yang menepati janji. Dalam berbagai episode ibadah haji, baik thawaf, wukuf, melempar jumrah, maupun tahallul, sarat dengan haji kepada Allah. Intinya, jamaah haji akan hidup lebih baik setelah nanti pulang haji. Apabila janji itu dilaksanakan, layaklah seseorang disebut sebagai hajjan mabruuran, haji yang mabrur.

3. Haji mabrur adalah haji yang membawa pesan, yaitu haji yang membawa pesan penting dan bermanfaat setiap episode ibadah haji, baik pesan thawaf, sa’i, wukuf, mabit di Muzdalifah, maupun melempar jumrah.

Di setiap episode haji, ada banyak pesan yang harus di internalisasi oleh seorang jamaah haji. Pesan thawaf antara lain, agar manusia selalu berusaha untuk dekat dengan Allah. Pesan sa’i agar manusia berusaha maksimal dan berdoa seoptimal mungkin. Pesan tahallul agar manusia jangan sombong dan harus selalu siap berkorban. Pesan wukuf agar manusia senantiasa berdzikir dan bertobat kepada Allah . pesan melontar jumrah agar manusia menjauhi sifat-sifat setan. Pesan menyembelih hadyu agar jamaah haji senantiasa bersikap dermawan. Pesan larangan berburu dan memetik daun mengandung pesan bahwa manusia harus ramah lingkungan.

Singkatnya, haji mabrur adalah haji yang bisa membawa pesan-pesan ibadah haji untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata di tanah air. Dengan begitu, setelah dia pulang dari ibadah haji, orang itu akan semakin dekat dengan Allah. Dia membiasakan diri untuk shalat waktu, sanggup menahan amarah, tahajud setiap malam, bersedekah saat lapang dan sempit, bersikap pemaaf dan ramah lingkungan.

Kemabruran terkait dengan hajinya, bukan dengan orangnya. Jadi, tidak tepat kalau dikatakan bahwa seseorang haji mabrur atau hajjah mabrur. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Iman Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, balasan bagi haji mabrur adalah surga.

أَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَا إِلاَّ الْجَنَّةَ

“haji mabruru, tiada balasan baginya, kecuali surga”

Dilihat dari sisi akhlak, haji mabrur adalah haji yang berdampak pada peningkatan akhlak, baik menyangkut hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal alam. Haji mabrur itu tercermin dari adanya peningkatan amal atau per buatan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari perspektif lain, amal ibadah bisa dibagi empat, yakni amal ibadah individu, amal populasi, amal komunitas, dan amal ekosistem

Amal Individu, amal yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri, seperti shalat wajib, shalat sunnah, termasuk tahajud, shaum, umrah, berhaji, membaca Al-Quran, dan dzikir Semua amal tersebut tidak bermanfaat bagi orang lain. Berpuluh kali melaksanakan umrah, tidak dapat memperbaiki lingkungan sekitar. Menunaikan haji setiap tahun tidak akan mampu memperbaiki madrasah yang jelek. Shalat tahajud setiap malam, tidak akan dapat mengentaskan kemiskinan Memang, amal individu ini sangat penting, tetapi tidak cukup untuk mencapai fi dunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Keberadaan ibadah individual nyaris tidak bermanfaat bagi orang lain.

Amal Populasi, amal-amal yang bermanfaat bagi orang lain seperti sedekah dan tolong-menolong. Pengertian tolong- menolong (ta’awun) bukanlah give and take, atau take and give, melainkan give and give Pada kenyataannya, banyak orang yang rajın shalat tahajud, tetapi senang ngerumpi, suka bermusuhan, dan sangat hobi menggunjing orang. Ucapannya sering menyinggung perasaan. Dia juga mudah sekali marah. Sulit memaafkan, dan sikap buruk lainnya terhadap sesama manusia. Amal populasi, yaitu amal bermanfaat untuk dirinya, dan untuk orang lain. Hanya saja, pengamalannya belum bersistem, dan belum terstruktur sehingga dampak manfaatnya pun tidak meluas.

Amal Komunitas, amal yang benar-benar bermanfaat bagi orang lain, dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Contoh, berinfaq langsung ke para mustahik merupakan amal baik, tetapi dia hampir tidak mungkin dapat meningkatkan harkat derajat mustahik itu menjadi muzakkı, dari penerima sedekah menjadi pemberi sedekah. Lain lagı apabila infaq itu dilaksanakan melalui struktur yang bersistem. Misalnya, zakat diserahkan kepada yayasan yang sengaja dan secara khusus mengelola zakat secara profesional. Badan ını bısa dengan leluasa mengelola zakatnya untuk pemberdayaan masyarakat melalui pemberian modal kerja, pembangunan rumah susun yang murah untuk fakır mıskin, rumah singgah anak jalanan, rumah sakit gratis, dan sekolah berbeasiswa.

Sebagai ilustrası, apabila setiap Muslim Indonesia berinfaq seratus rupiah per hari, akan terkumpul uang sebanyak tiga ribu rupiah per bulan perorang. Jika ada 50 juta Muslim yang berinfaq seperti itu, akan terkumpul uang sebanyak Rp50.000.000,00 x Rp3.000,00 = Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh miliar rupiah per bulan). Katakan saja, uang yang terkumpul itu digunakan untuk amilin dan biaya operasional sehingga pendapatan bersih sebesar 120 miliar rupiah. Dengan uang sebesar itu, kita bisa membangun sekolah, rumah sakit, membantu orang miskin setiap bulan. Itulah yang disebut amal komunitas. Amal seperti inilah yang belum banyak digarap oleh kaum Muslim.

Amal Ekosistem, amal yang menyangkut semua unit ekosistem, mulai hewan, tumbuhan, tanah, air, energı, dan oksigen. Karena itu, sepulang dari haji, jamaah haji harus memiliki kepedulian, konsep, dan perbuatan nyata tentang cara the lestarikan (istahfazha) gunung dan hutan, cara melestarikan hewan-hewan terutama hewan langka, cara menghemat air dan energi, cara agar oksigen mencukupi, dan berbagai cara lain untuk menghindarı terjadı bencana alam. Setiap jamaah hajı harus peduli pada isu global warming.

Apabila amal ekosistem dijadikan garapan nyata, kelak, akan lahir sebuah kawasan di mana hewan disantunı, pohon- pohon dan hutan dilestarikan, sumber energi dikelola dengan baik sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan sangat memadai Dengan amal ekosistem, orang Muslim dihormatı, non-Muslim pun dihargai. Dengan amal ını, lahırlah sebuah kawasan yang penuh perasaan kasih sayang, atau rahmatan lil ‘alamin.

Bagı jamaah haji, keempat amal tersebut harus dilaksanakan secara padu, satu, dan utuh. Jika seseorang yang menjadi alumnus hajı mampu melaksanakan pesan-pesan hajı dalam bentuk empat amal tersebut, dia sangat layak menjadi predikat haji mabrur. Haji mabrur tecermin darı seluruh perilakunya yang bernilai ibadah kepada Allah. Dia mampu melakukan amal individu, amal populası, amal komunitas, dan amal ekosistem secara integratif-holistik Alumnı haji layak mendapatkan predikat HAJI MABRUR jika seluruh aspek hidup nya menebarkan kasih dan kesalehan sosial kepada segenap makhluk. Sebaliknya, seorang alumnus haji disebut HAJI MARDUD (tertolak) jika perilakunya tidak baik kepada Allah, tidak harmonis dengan sesama manusia, tidak bermanfaat bagi orang lain. Tangannya sering merusak lingkungan. Semangat mencari nafkahnya sering berkhianat dan melakukan korupsi, serta merongrong negara. Naudzubillahı mın dzalik

Jadi, HAJI MABRUR DIPEROLEH BUKAN KARENA AKSESORI dan simbol-simbol orang Arab, seperti memakai ser ban, baju gamis, berjanggut, memakai minyak wangi tanpa alkohol. Itu semua hanya simbol dan atribut luar. Tidak sedikit penampilan lahir seperti itu justru menipu orang lain. Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wassalam. Bersabda bahwa Allah tidak melihat jasmanı dan rupa seseorang karena Allah hanya akan melihat isi hatı dan kualitas amalnya. Allah mengingatkan kita bahwa orang-orang munafik sangat suka atas kebanggaannya terhadap pe- nampilan luar ini. Apabila kalian melihat mereka, tampilan jasmani mereka menjadikanmu kagum terhadapnya (QS Al- Munafiqûn [63] 4).

(Sumber: haji (falsafah, syariah & rihlah), Dr. K.H. Asep Zaenal Ausop,M.Ag.)

Artikel Lainnya