Menjaga Kemabruran Haji

  • Salman ITB
  • didin wahyudin
  • 17
...

“Sesungguhnya perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk, seperti pembawa minyak kesturi dan orang yang meniup api (tukang besi). Orang yang membawa minyak kesturi itu mungkin akan memberi sesuatu kepadamu atau kamu membeli darinya atau mungkin kamu mendapatkan bau harum darinya. Sebaliknya, orang yang meniup api itu mungkin dia akan membakar kainmu atau kamu mungkin mendapatkan bau busuk darinya” (HR Muttafaq Alaih)

Agar haji tetap mabrur sampai kita wafat, dan saat wafat kata dalam keadaan husnul khatimah, paling tidak ada empat kaat untuk menjaga dan memelihara kemabruran itu, sebagai berikut:

1. Thalab Al-‘Ilm memperbanyak aktivitas yang terkait de ngan pendalaman ilmu diniyah (tafaquh fid diın), paling minimal membaca 10 ayat Al-Quran beserta terjemahan- nya, per hari secara rutin. Tambahan lainnya, kebiasaan untuk membaca buku-buku hadits yang kinı sudah banyak terjemahannya, mendengarkan ceramah keagamaan, dan lain-lain. Perbanyaklah kebiasaan mendengarkan bacaan ayat Al-Quran dan ceramah keagamaan ketika berada di mobil dan di mana pun. Jika tiga hari berturut-turut hati ini tidak mendapatkan siraman ruhanı, percayalah, hati ını akan bisa membeku dan keras melebihi batu (asyaddu qaswah)

2. Riyadhah ialah latihan secara terus-menerus dan rutin untuk meningkatkan amal ibadah. Prinsip yang harus di terapkan "tiada malam tanpa tahajud, tiada hari tanpa sedekah, tiada aktivitas, kecuali dalam rangka ibadah kepada Allah Pada saat yang sama, ada upaya yang serius untuk menjauhı maksiat sekecil apa pun maksiat tersebut. Beberapa amaliyah yang termasuk riyadhah ialah membiasakan ucapan-ucapan kalimah thayyibah, seperti subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, masya Allah, In-nalillahı wa inna ilaihı rajiun. Kalimah thayibah ini akan menjadi masukan (input) dan akan di-save di dalam otak bagian belakang, di bawah sadar. Kelak, ucapan itu akan menjadi keluaran (output) ketika dia memerlukannya, seperti dalam keadaan gembira, kaget, sakit, bahkan menjelang kematian.

3. Tafakkur dan Tadabbur menafakuri atau merenung tentang perjalanan hidup dari awal hingga tujuan akhirnya. tentang dosa, tentang alam kubur, alam mahsyar, dan siksa neraka, juga menadabburi berbagai macam keagungan Allah sebagai pencipta, misalnya melalui pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Lihatlah bagaimana Allah meninggikan langit, memberi makan semua makhluk di darat, di dalam tanah, dan di laut. Jelasnya, kegiatan tafakkur dan tadabbur ını bisa menjadi pupuk yang sangat baik bagi penyuburan keimanan diri kita.

4. Hati-Hati dalam Bergaul hasil ibadah haji dengan mudah bisa mencair, menyusut, dan akhirnya hilang sama sekali, tiada bekas. Untuk mencapai kemabruran, setiap jamaah hajı harus berusaha mencari dan mendekati para orang saleh sehingga stabilitas kemabrurannya tetap terjaga. “Agama seseorang itu bergantung pada kawannya. Jika kawannya baik, baik pula agamanya. Jika kawannya buruk, buruk pula agamanya Sebuah hadits dari Abu Musa Al-Asy’an Radhiyallahu ‘Anhu Menyebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wasalam bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk, seperti pembawa minyak kesturi dan orang yang meniup api (tukang besi). Orang yang membawa minyak kesturi itu mungkin akan memberi sesuatu kepadamu atau kamu membeli darinya atau mungkin kamu mendapatkan bau harum darinya. Sebaliknya, orang yang meniup api itu mungkin dia akan membakar kainmu atau kamu mungkin mendapatkan bau busuk darinya” (HR Muttafaq Alaih). Imam Malik Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Kefakihan tidak dilihat darı banyaknya riwayat (ilmu) yang dimilikı, tetapı dilihat dari cahaya yang Allah tanamkan ke dalam hatinya.” Syeikh Ibnu Athaillah Rahımahullah berkata, “Orang saleh, yaitu orang yang apabila dipandang dapat membangkitkan rasa senang untuk ber buat baik. “

(Sumber: haji (falsafah, syariah & rihlah), Dr. K.H. Asep Zaenal Ausop,M.Ag.)

Artikel Lainnya